“Jadi, dalam tugas kewartawanan, yang membuat aku mudah, dengan latar belakang kekerasan, permusuhan, dan intimidasi, aku tidak terjebak, tercengkeram, atau kemudian terpatri dalam kebencian atau sakit hati. Saya keluar dari situ. Ada teman-teman wartawan saya yang mau mendatangi saja sudah merasa benci, bilang ‘aku enggak suka militer’, ‘enggak suka jenderal ini’. Itu di dalam kamusku tidak ada, walaupun aku tahu orang ini penipu, fasis, kejam, segalam macam. Ini yang aku lihat menjadi kisah suksesku selama menjadi wartawan dan orang kemudian melihat aku bisa menjadikan musuh sebagai teman. Jadi, tugas kewartawanan itu aku jalankan tidak termanipulasi oleh subyektivitas. Di situlah kemudian wartawan bisa menjadi obyektif.”

Panda Nababan pada Sabtu, 5 Juni 2021, dalam bincang-bincang tentang dunia kewartawanan selama masa rezim militer Soeharto.

PN berfoto bersama Kabakin Letnan Jenderal TNI Yoga Soegama sewaktu menghadiri acara peringatan peristiwa pembajakan pesawat Woyla.